Selasa, 11 Agustus 2009

Pembuatan Syrup dari Rumput Laut

Pembuatan Syrup dari Rumput Laut

Bahan :
Gula : 3 kg
Air : 4 ltr
Cyclamate : 84 gr
Sakarine : 6,7 gr
Essen : 40 ml
Glukosa : 7 kg
Karagenan : 2 gr
Citrid acid : 6,7 gr
Etilmathol : 2 gr
Garam : 12 gr
Pewarna : secukupnya
Alat :
Timbangan
Gelas ukur
Panci
Kompor gas
Botol
Beker glass
Sendok
Panci pengukus
Nampan
Kardus
Termometer
Tutup botol
Pengaduk
Label
Cara Pembuatan
1.Timbang semua bahan yang dituliskan diatas.
2.Larutkan karagenan dengan air ± 300 ml aduk hingga karagenan terlarut dalam air.
3.Hidupkan kompor, masak air dan setelah mendidih masukkan gua aduk hingga larut.
4.Setelah gula larut masukkan glukosa kedalam panci dan aduk sampai glukosanya berubah menjadi cair / larut.
5.Tutup panci dan biarkan larutan tadi mendidih.
6.Setelah mendidih masukkan sisa bahan kecuali essen (sakarine, cyclamate, benzoat, etilmathol, citrid acid, garam, karagenan, pewarna).
7.Tunggu sampai air mendidih lagi, jika sudah mendidih matikan kompor, kemudian sering larutan syrup.
8.Setelah disaring diamkan hingga suhu turun menjadi 50 0C, kemudian masukkan essen dan Amyl asetat aduk hingga merata / sampai larut.
9.Masukkan larutan ke dalam botol dan tutup.

Untuk informasi lengkap mengenai budidaya dan pembuatan produk dari rumput laut, bisa anda dapatkan di Toko buku terdekat, buku ”Rumput Laut Penghasil Agar-Agar dan Karaginan”.

Jumat, 07 Agustus 2009

Senyawa Antibakteri dan Mekanisme Kerjanya

Senyawa Antibakteri dan Mekanisme Kerjanya

Antibakteri adalah senyawa-senyawa kimia alami yang dalam kadar rendah dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Salah satu bahan antibakteri adalah antibiotik. Antimikroba dapat berupa senyawa kimia sintetik atau produk alami. Antimikroba sintetik dapat dihasilkan dengan membuat suatu senyawa yang sifatnya mirip dengan aslinya yang dibuat secara besar-besaran, sedangkan yang alami didapatkan langsung dari organisme yang menghasilkan senyawa tersebut dengan melakukan proses pengekstrakan (Setyaningsih, 2004).
Menurut Volk dan Wheeler (1993), antibiotik berdasarkan kemampuan daya bunuhnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
Antibiotik spektrum luas, yaitu antibiotik yang membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif. Contoh antibiotik tersebut adalah Tetracycline, Chloramphenicol, Gentamycin, Neomycin dan Spectomycin.
Antibiotik spektrum sempit, yaitu antibiotik yang hanya mampu membunuh bakteri kelompok gram positif saja ataupun bakteri kelompok gram negatif saja. Antibiotik ini efektif untuk melawan satu jenis organisme dan sifatnya selektif. Contoh antibiotik untuk bakteri kelompok gram positif, yaitu Penicillin, Bacetiracin, Clindamycin, Erithromycin, Incomycin dan Novabiosin. Sedangkan untuk bakteri kelompok gram negatif, yaitu Polimycin dan Streptomycin.
Menurut Effionora (1990) dalam Setyaningsih (2004), berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotik dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
Menghambat metabolisme sel mikroba.
Dengan mekanisme kerja seperti ini diperoleh efek bakteriostatik.
Menghambat sintesis dinding sel mikroba. Antibiotik akan menghambat proses sintesis dinding sel. Tekanan osmotik dalam sel mikroba lebih tinggi daripada di luar sel, sehingga kerusakan dinding sel mikroba akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar dari efek bakterisidal terhadap mikroba yang peka.
Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen dari dalam sel mikroba.
Antimikroba menghambat sintesis protein sel mikroba.
Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba. Antimikroba yang memiliki mekanisme kerja seperti ini pada umumnya kurang mempunyai sifat toksisitas selektif karena bersifat sitotoksis terhadap sel tubuh manusia.
Kerja senyawa antibakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi senyawa antibakteri yang digunakan, jumlah dan spesies bakteri, suhu, keberadaan bahan organik lain dan pH (Pelczar dan Chan, 1998).

Modul Praktikum Dasar-Dasar Bioteknologi

Modul Praktikum Dasar-Dasar Bioteknologi

Praktikum I : Visualisasi Ekstraksi DNA
Tujuan :
Mengetahui cara mengekstraksi DNA secara sederhana
Melihat presipitasi DNA
Landasan Teori
DNA merupakan suatu polimer besar dengan property karakteristik fisik yang unik. Eksploitasi ukuran dan struktur kimia DNA dapat dilakukan dengan isolasi dan purifikasi.
Sebagian besar teknik isolasi DNA memerlukan lisis sel, yang dilanjutkan dengan ekstraksi protein dengan menggunakan larutan organic berbasis fenol dan presipitasi DNA dalam ethanol. Kemurnian DNA dapat diketahui dengan menggunakan spektrofotometri dengan menghitung ratio hasil pengamatan pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm = 1,8. Keutuhan relative DNA dapat dilakukan dengan gel elektroforesis. Apabila purifikasi diperlukan, metode kromatografi bisa digunakan atau dengan penambahan enzim RNase.
Bahan dan Alat :
Tabung sentrifuge ukuran 50 ml
Beaker glas
Plastik Zip-lock
Saringan
95 % alcohol (ice cold)
Stawberry / tomat
Lysis buffer : detergent (Shampoo Pantene Pro- V)
Garam iodium
Air destilasi
Enzim

Buat 100 ml buffer lisis dengan cara mengambil 90 ml air steril + 10 ml detergent + ¼ sendok garam, kemudian diaduk hingga garam larut / homogeny.
Prosedur :
Ambil 1 buah strawberry, kemudian dibelah / dibagi menjadi 2 bagian.
Letakkan sebagian strawberry kedalam plastic ziplock dan remas-remas dengan jari tangan hingga menjadi cairan juice.
Tambahkan 10 ml buffer lisis kedalam plastic dan tutup kembali.
Lanjutkan meremas plastic kurang lebih 2-3 menit hingga bercampur/ homogeny dengan larutan juice
Kemudian larutan disaring/filter dan biarkan selama 10 menit
Buang saringan dan ekstrak yang ada
Tuangkan sebanyak 30 ml 95 % alcohol dingin ke dalam tabung sentrifuge 50 ml
Lalu tuangkan larutan yang telah disaring kedalam tabung, tutup tabungnya dan diamati sampai terlihar DNA mulai presipitasi sampai beberapa menit.

Praktikum 2 : Analisis sequen DNA dengan Blast
Tujuan : Mengidentifikasi kekerabatan terdekat sekuen DNA isolate

Landasan Teori :
Ketika sequen suatu fragmen DNA telah diketahui, hanya ada sedikit sekali gambaran yang dapat diperoleh dari sekuens tersebut. Analisis sekuens perlu dilakukan untuk mengetahui beberapa karakteristik pentingnya seperti peta restriksi, rangka baca, kodon awal, dan kodon akhir, atau kemungkinan tempat promoternya. Di samping itu, perlu juga dipelajari hubungan kekerabatan suatu sekuens baru dengan beberapa sekuens lainnya yang telah terlebih dahulu diketahui. Biasanya, analisis semacam itu dilakukan menggunakan RDP, FASTA dan BLAST

Bahan dan alat :
Hasil-hasil sekuen
Komputer
LCD
Internet

Prosedur :
Setelah computer dihidupkan, aktifkan sambungan internet
Cari Web BLAST www.ncbi.nlm.nih.gov./Blast.cgi
Click nucleotide blast
Enter query sequen dengan cara copy/paste
Kemudian setelah semua perintah dilengkapi click submit
Tunggu beberapa saat, dan hasil identifikasi sekuen bisa diamati.
Catat hasilnya untuk laporan praktikum

Praktikum 3 Pengolahan Data hasil identifikasi sekuen Menggunakan Program BioInformatika
Tujuan :
Mengetahui cara membuat pohon filogenetik yang menunjukan tingkat kekerabatan terdekat dengan mikroorganisme yang lain

Prosedur Pengolahan Data hasil identifikasi sekuen Menggunakan Program BioInformatika ClustalX dan NJ Plot.

Bahan dan alat :
Hasil-hasil sekuen
Komputer
LCD
Software Bio informatika ClustalX dan NJ Plot.

Langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Simpan data nukleotida bakteri yang akan diolah dalam bentuk txt
2. Buka program ClustalX kemudian pilih File kemudian Load
3. Pilih data yang sudah disimpan kemudian pilih Allignment dilanjutkan Do Complete Allignment
4. Pilih Tree kemudian ceklish exclude, boot strap dan draw N-J tree. data akan tersimpan dalam bentuk phb, ph dan dnd
5. Selanjutnya buka program N-J plot
6. Buka ketiga data yang tersimpan dalam format phb
7. Setelah data tampil dilanjutkan dengan edit copy untuk memindahkannya ke dalam word

Identifikasi Bakteri Secara Molekuler

Identifikasi Bakteri Secara Molekuler

Dewasa ini telah menjadi jelas bahwa beberapa makromolekul sel dapat menjadi acuan hubungan kekerabatan organisme tersebut dengan organisme lain. Dari penelusuran urutan monomer pada molekul informasi tertentu, didapatkan bahwa perbedaan jarak kekerabatan antara 2 organisme dapat diukur dengan melihat perbedaan nukleotida atau urutan asam amino pada makromolekul yang homogen. Hal ini dapat dilakukan karena jumlah perbedaan sekuen pada sebuah molekul adalah proporsional terhadap jumlah perubahan mutasi pada pengkodean DNA dua organisme tersebut (Madigan et al., 2000).
Banyak molekul yang telah diusulkan untuk dijadikan acuan dan ribosomal RNA adalah pilihan yang sesuai. Ribosomal RNA merupakan molekul yang sempurna karena fungsinya yang konstan pada tiap organisme, tersebar secara universal dan urutan sekuennya terkonservasi dengan baik diantara anggota filogenetik yang luas (Madigan et al., 2000). Ribosom sendiri merupakan komponen sel yang utama dengan jumlah sekitar 20.000 ribosom per sel. Ribosom tersebut mengandung kira-kira 10 % dari seluruh total protein dan sekitar 80 % dari keseluruhan massa sel. Sel bakteri mempunyai ribosom 70S yang terdiri dari unit ribosomal kecil 30S mengandung 21 protein dan satu molekul 16S RNA yang panjangnya 1541 basa. Serta unit ribosomal besar 50S yang mengandung 36 protein, satu molekul 23S rRNA yang panjangnya 2904 basa, dan satu molekul 5S rRNA yang panjangnya 120 basa (Lewin, 1994 dalam Sabdono, 2001).
Sekuen ribosom yang digunakan sebagai acuan adalah 16S rRNA karena panjangnya yang paling sesuai, tidak terlalu pendek seperti pada 5S dan bila dibandingkan dengan 23S, 16S tidak terlalu panjang serta lebih mudah untuk ditangani (Madigan et al., 2000). Sekuen gen 16S rRNA dari mikroorganisme yang baru ditemukan kemudian dapat dibandingkan dengan pustaka sekuen 16S rRNA dari mikroorganisme lain melalui program pelacakan datase Basic Local Alignment Search Tool (BLAST) (Altschul et al., 1997 dalam Sabdono, 2001).

Bakteri Simbion pada Tunikata

Bakteri Simbion pada Tunikata

Peres matos et al., (2007) melaporkan bahwa bakteri simbion adalah bakteri yang hidup menetap pada suatu bakteri, bakteri simbion biasanya menghasilkan senyawa bioaktif yang sama seperti inangnya. Bakteri simbion selalu ada dalam biota inangnya, contohnya bakteri Endoecteniscidia frumentensis ini diisolasi dari tunikata Ecteniscidia turbinata di Perairan Karibia ternyata juga didapatkan bakteri yang sama dari tunikata Ecteniscidia turbinata dari Perairan Mediterania. Sehingga bakteri simbion sering disebut sebagai bakteri spesifik karena hanya terdapat pada biota tertentu saja.
Bagian permukaan atau bagian dalam invertebrata laut seperti tunikata dan sponge lebih kaya nutrisi daripada sedimen dan air laut, oleh karena itu tunikata dan sponge menawarkan habitat yang subur dan aman bagi mikroorganisme. Di lain pihak, mikroorganisme membantu proses nutrisional, baik melalui digesti intraselular atau dengan translokasi metabolit termasuk fiksasi nitrogen, nitrifikasi dan fotosintesis (Osinga et al., 2001).
Mikroorganisme juga menstabilkan skeleton tunikata dan sponge sehingga ikut berperan dalam sistem pertahanan kimiawi tunikata dan sponge melawan predator dan biofouling. Bakteri yang berkumpul pada tunikata dan sponge memungkinkan terjadinya isolasi komponen antimikroba, sehingga diduga bakteri turut berperan dalam mekanisme pertahanan invertebrata (Lee et al., 2001).

Jumat, 28 November 2008

PRAKTIKUM MARINE BIOLOGI (BOTANI)

PETUNJUK PRAKTIKUM MARINE BIOLOGI (BOTANI)




Oleh :


DOSEN PENGAMPU

ASISTEN DOSEN












PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DAN OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008






ACARA I
EKOSISTEM DAN IDENTIFIKASI LAMUN

EKOSISTEM
Suatu kawasan alam yang didalamnya tercakup unsur-unsur biotik dan abiotik serta antara unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik disebut ekologi atau ekosistem. Dilihat dari fungsinya, suatu ekosistem terdiri atas dua komponen yaitu :
komponen autotrofik, yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik dengan bantuan energi cahaya (matahari) dan klorofil. Karena itu semua organisme yang mempunyai klorofil disebut organisme autotrofik.
komponen heterotrofik, yaitu organisme yang hanya mampu memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai bahan makanannya. Hewan, jamur dan mikroorganisme termasuk dalam kelompok ini.

Dilihat dari segi penyusunannya, ekosistem dapat dibedakan dalam 4 komponen, yaitu :
bahan tak hidup (abiotik), yaitu komponen fisik dan kimia yang terjadi atas tanah, air, udara, sinar matahari (cahaya)
produsen, yaitu organisme autotrofik yang umumnya tumbuhan berklorofil yang mensintesis makanan dari bahan organik yang sederhana
konsumen, yaitu organisme heterotrofik, misalnya hewan dan manusia yang makan organisme lain.
pengurai (perombak atau dekomposer), yaitu organisme heterotrofik yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Bakteri dan jamur termasuk kedalam kelompok ini.

Ekosistem merupakan benda dan mempunyai ukuran yang beraneka, tergantung pada tingkat organismenya. Mulai dari setetes air sampai pada seluruh permukaan bumi ini. Sebagai contoh suatu ekosistem yang memiliki empat komponen, kita kaji komponen ekosistem ‘air’ akuarium.
Latihan ini bertujuan untuk mempelajari suatu ekosistem penyusunnya, komunitas biotik dan lingkungan abiotiknya. Selanjutnya juga memperhatikan hubungan antara masing-masing spesies agar dapat diperkirakan jaring-jaring kehidupan atau jaring-jaring makanan dalam ekosistem tersebut.
ALAT DAN BAHAN
Akuarium
Tumbuhan dan hewan air
Mikroskop dan lup
Termometer
pH meter atau kertas pH
DO meter
Salinometer

CARA KERJA
Masing-masing kelompok secara bergantian mengamati komunitas biotik dalam setiap akuarium dan melakukan pengukuran lingkungan abiotiknya setiap 6 jam.
Data yang diperoleh dibuat menjadi bagan jaring-jaring kehidupan, jaring-jaring makanan dalam akuarium.

B. Lamun (seagrass)
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae) (Wood et al. 1969; Thomlinson 1974; Askab 1999). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis).
Menurut Nontji (1987), lamun hidup di perairan dangkal yang agak berpasir sering dijumpai di terumbu karang, lamun umumnya membentuk padang yang luas di dasar laut yang masih dapat di jangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Padang lamun merupakan ekosistem yang sangat tinggi produktifitas organiknya. Ke dalam air dan pengaruh pasang surut serta struktur substrat mempengaruhi zona sebagian jenis lamun dan bentuk pertumbuhannya.
Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai substrat yang berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang khas lebih sering ditemukan di substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang.

ALAT DAN BAHAN
Pensil
Kertas gambar
Buku Ident lamun
Lamun (seagrass)

CARA KERJA
Masing-masing kelompok secara bergantian menggambar dan mengidentifikasi lamun.
















ACARA II
PENGETAHUAN MIKROSKOP DAN
PENGAMATAN JARINGAN HEWAN (SEL DARAH)

PENGENALAN MIKROSKOP
TEORI
Mikroskop merupakan alat utama dalam melakukan pengamatan dalam bidang biologi karena dapat digunakan untuk mempelajaru struktur dari benda-benda kecil.
Ada dua prinsip dasar yang berbeda untuk mikroskop, yang pertama mikroskop optik dan yang kedua mikroskop elektron.
Mikroskop optik itu sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu mikroskop biologi dan mikroskop stereo.
mikroskop biologi
Digunakan untuk pengamatan benda-benda tipis dan transparan. Jika yang diamati tebal, misalnya jaringan, harus dibuat sayatan yang tipis. Benda yang diamati biasanya dilatakkan di atas kaca obyek, dalam medium air, dan ditutup dengan kaca penutup yang tipis. Dapat juga diamati preparat awet dalam medium balsam kanada. Penyinaran diberikan dari bawah oleh sinar alam atau lampu.
Perbesaran yang sering terdapat pada mikroskop biologi adalah :
objektif 4 x, okuler 10 x, perbesaran total 40 x
objektif 10 x, okuler 10 x, perbesaran total 100 x
objektif 40 x, okuler 10 x, perbesaran total 400 x
objektif yang paling kuat untuk mikroskop optik adalah sebesar 100x, yang disebut objektif minyak imersi, karena penggunaannya harus dengan minyak emersi.

mikroskop stereo
Digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu halus, dapat tebal maupun tipis, transparan maupun tidak.
Mikroskop stereo mempunyai sigat sebagia berikut :
mempunyai dua objektif dan dua okuler agar daidapatkan bayangan tiga dimensi dari pengamatan dua mata
perbesaran tidak terlalu kuat, tetapi lebih diutamakan adalah medan pandang yang luas, dan gerak kerja yang panjang.
Dengan demikian benda yang diamati cukup jauh, sehingga mikroskop ini dapat digunakan untuk pembedahan.

CARA KERJA
menyiapkan mikroskop
letakkan mikroskop diatas meja, jangan ada benda dibawahnya.pada mikroskop yang menggunakan cermin aturlah mengahadap cahaya.
Periksalah mikroskop bahwa bagian-bagiannya lengakp dalam keadaan bersih dan tidak rusak
Lensa harus dijaga tetap bersih dari debu, air, atau minyak dan harus dibersihkan dengan cara mengusapnya dengan kertas lensa yang bersih. Jangan menggosok dengan benda yang keras atau kasar karena akan merusak “coating” nya
Kenali nama bagian-bagian mikroskop berdasar diagram yang diberikan

mengatur penyinaran
mikroskop biologi ada yang dilengkapi dengan cermin untuk penyinaran ada pula yang yang dilengkapi dengan lampu yang telah terpasang.
Untuk mikroskop yang menggunakan cermin, aturlah cermin sehingga didapatkan cahaya yang betul. Seluruh medan pandangan dari mikroskop hendaklah mendapatkan penyinaran yang menyeluruh dan rata.
Cermin yang lazim dipakai adalah cermin datar untuk mikroskop yang tanpa kondensor. Kondensor berfungsi sebagai pengumpul sinar agar kekuatan penyinaran bertambah. Bagi mikroskop yang tidak dilengakpi kondensor, biasanya pengaturan banyaknya cahya dilakukan dengan keping yang dapat diputar, yang mempunyai lubang berbagai ukuran. Pilihlah lubang yang sesuai agar didapatkan bayangan yang paling jelas, tidak terlalu silau, dan tidak terlalu gelap. Pada mikroskop biologi ada yang dilengkapi dengan lampu terpasang. Mengatur penyinaran dilakukan dengan menyalakan lampu dengan kondensor pada posisi paling atas.
Benda yang diamati dapat kering atau dalam medium air, dapat tebal maupun tipis. Penyinaran dapat diatur dari atas maupun bawah.
Mikroskop stereo yang sering dipakai mempunyai perbesaran objektif 1x, 2x, okuler 10x, atau 15x, perbersaran total sampai 30x.

mengatur lensa
sebelum mengamati preparat, perhatikan dulu cara mendekatkan dan menjauhkan objektif dari objek. Putar sedikit bonggol pengatur kasar ke depan dan ke belakang dengan memperhatikan jarak objektif dan objek.
Jauhkan objektif dengan bonggol pengatur kasar sehingga ujung bawah lensa objektif kira-kira 20 mm di atas meja mikroskop. Pindahkan objektif yang terlemah (4x) atau (10x) ke sumbu optik hingga terdengar bunyi klik
Pasanglah preparat diatas meja mikroskop dengan cara menjepitnya. Aturlah preparat hingga bagian yang ingin diamati kira-kira dibawah lensa objektif. Pada mikroskop yang lebih lengkap menggerakkan preparat denga bonggol penggerak mekanis.
Sambil melihat dari samping mikroskop, dekatkan objektif dengan bonggol pengatur kasar hingga jarak preparat dan ujungobjektif kira-kira 4 mm
Sambil melihat melalui okuler, jauhkan objektif perlahan-lahan dengan bonggol pengatur kasar hingga bayangan terlihat cukup jelas. Untuk memperjelas lagi, gunakan bonggol pengatur halus.
Pindahkan objek yang akan diamati hingga ditengahlapangan pandangan dengan menggeserkan kaca objek.
Perhatikan :
Bayangan yang terbentuk oleh mikroskop adalah terbalik
Dengan menggeser kaca objek ke kiri, bayangan akan tampak berpindah ke kanan. Menggeserkan ke atas, bayangan akan tampak berpindah ke bawah.
Biasakanlah untuk memindahkan objek yang akan diamati dengan cermat dan tepat. Untuk itu, diperlukan latihan.

mengganti perbesaran
mengganti perbesaran yang paling sering dilakukan adlah dengan mengganti objektif. Sebelum mengganti lensa objektif terutama kepada lensa yang lebih kuat perbesarannya, tempatkan bayangan yang akan diamati di tengah lapangan pandangan.
Putarlah objektif yang diinginkan ke sumbu optik hingga terdengar bunyi klik. Bila kurang tepat fokusnya, dan untuk memperjelas, lakukan dengan menggunakan bonggol halus/
Objektif perbesaran kuat memerlukan lebih banyak sinar. Aturlah kembali diafragma atau keping pengatur cahaya hingga didapatkan penyinaran yang paling cocok.
Setelah selesai pengamatan, sebelum mengambil preparat dari meja mikroskop, biasakanla memindahkan dahulu objektif yang lemah ke sumbu optik.
Catatan :
Jarak antara ujung lensa dengan benda yang diamati sangat pendek. Kalau kurang hati-hati, dapat menyebabkan objektif atau preparat rusak kalau terjadi persentuhan.


PENGAMATAN SEL DARAH
TEORI
Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel – sel yang mempunyai morfologi dan fungsi yang sama.
Darah merupakan jaringan hematopilik yaitu salah satu jaringan pengikat dengan fungsi khusus. Pada darah komponen inter selulernya berupa cairan yang disebut plasma, dan komponen selulernya terdiri dari bermacam sel antara lain :
Eritrosit
Pada manusia bentuk bikonkaf tidak berinti. Ukuran eritrosit normal adalah
6 – 8 um, + sebesar inti limfosit kecil; berbentuk bulat dengan bagian tengah berwarna lebih pucat. Eritrosit yang lebih besar disebut Makrositik, yang lebih kecil disebut Mikrositik.

Leukosit
Leukosit dibagi dalam 2 golongan :
Leukosit polimorfonuklir, diklasifikasikan dalam 3 jenis :
Neutrofil : pada sitoplasmanya terdapat granula – granula halus warna keunguan. Sitoplasma berwarna agak kemerahan. Inti berwarna ungu dengan bentuk batang atau segmen.
Eosinofil : inti bilobus, sitoplasma dipenuhi oleh granula yang besar, bulat, ukurannya sama besar dan berwarna keerahan.
Basofil : inti bilobus, sitoplasma mengandung granula bulat besar tidak sama besar berwarna biru tua; granula dapat menutupi inti.
Leukosit morfonuklir, diklasifikasikan dalam 2 jenis :
Limfosit : inti besar, bulat. Pada limfosit kecil sitoplasmanya tidak bergranula, sedangkan pada limfosit besar sitoplasma dapat mengandung granula azurofil yang berwarna merah.
Monosit : merupakan sel yang paling besar dengan inti berbentuk macam – macam yang umumnya berbentuk ginjal. Monosit mempunyai bentuk tidak beraturan, sitoplasmanya berwarna keabuan mengandung granula halus kemerahan.
Keping darah (trombosit) : sel tidak berinti, berbentuk cakram.

ALAT DAN BAHAN
Alat :
Mikroskop student
Bahan :
Preparat apusan darah

Kegiatan :
Amati preparat apusan darah dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10X, kemudian 40X
Amati sel – sel darah : eritrosit, leukosit, neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan trombosit

ACARA III
IDENTIFIKASI DAN PENGAMATAN JARINGAN MANGROVE

BAHAN DAN ALAT
Bahan
Preparat awetan mangrove
akuades
Alat
Gelas obyek
Kaca penutup
Cutter
Mikroskop
Kertas gambar
Buku identifikasi

CARA KERJA
Pengamatan preparat awetan mangrove
Amati preparat awetan mangrove dengan mikroskop
Amati susunan epidermis, parenkim, korteks, berkas pengangkut, kambium, dan jari-jari empulur pada batang tanaman.
Amati epidermis, parenkim, korteks, floem, kambium, xilem, pada akar tumbuhan
Gambar
Identifikasi mangrove
Masing-masing kelompok secara bergantian menggambar dan mengidentifikasi mangrove.


















ACARA IV
PENGAMATAN RUMPUTLAUT (SEAWEED)
Oleh :
Dra. Rini Pramesti
Miftahuddin Majid Khoeri

Rumput laut adalah makro algae yang hidup di laut maupun di air payau. Definisi dari rumput laut adalah tumbuhan yang belum dapat dibedakan akar, batang dan daun, melainkan keseluruhan tubuhnya merupakan thallus (Razaali,1997). Terdapat tiga warna dasar dari rumput laut ini yaitu : hijau, cokelat dan merah. Walaupun pada ketiganya terdapat variasi dari warna asli. Winarno (1990) menyebutkan bahwa sekitar 555 jenis rumput laut yang terdapat di perairan Indonesia, lebih dari 21 jenis diantaranya berguna dan bermanfaat sebagai bahan makanan, memiliki nilai ekonomis dan sebagai komoditas perdagangan.
Sejak diperkenalkannya istilah algae oleh Linnaeus, maka pemakaian atau penggunaannya terus berlaku hinga sekarang. Pada hakikatnya alga tidak mempunyai akar, batang dan daun yang mempunyai fungsi seperti pada tumbuhan darat. Seluruh tubuh alga hanyalah terdiri dari thallus, hanya saja beranekaragam untuk berbagai species. Substansinyapun beranekaragam ada yang lunak, keras mengandung kapur dan berserabut. Alga yang berkapur (calcareous) misalnya : Halimeda sp. Yang banyak ditemukan di terumbu karanng. (Nontji,1993)
Alga yang terdapat di dasar laut banyak terdapat di sepanjang pantai, mulai dari zona pasut sampai sedalam sinar surya dapat ditembus. Di perairan yang jernih beberapa jenis alga mampu hidup sampai kedalaman lebih dari 150 meter. Biasanya alga ini sedikit terdapat di perairan yang dasarnya berlumpur atau berpasir karena sangat terbatas benda keras yang cukup kokoh untuk melekat. Alga banyak ditemukan di terumbu karang, cangkang moluska, potongan kayu dan sebagainya. Adapula yang apabila terlepas dari substrat dasar dapat hidup mengambang di permukaan karena mempunyai gelembung-gelembung gas sebagai pelampung seperti pada Sargassum sp. (Nontji,1993)
Selain tidak dapat dibedakan antara akar, batang dan daun bentuk dari thalus rumput laut ini bermacam-macam antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut, dan sebagainya. Percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus-menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan ada yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gellatinous), keras diliputi/mengandung zat kapur (calcareous) lunak seperti tulang rawan (cartilagenous), berserabut (spongious),dan sebagainya. (Aslan,1991)
Pigmen yang terdapat dalam thallus rumput laut dapat digunakan dalam membedakan berbagai kelas seperti Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae, dan Cyanophyceae. Perbedaan warna thallus menimbulkan adanya ciri alga yang berbeda seperti algae hijau, algae coklat, algae merah, dan algae biru. (Aslan,1991)
Untuk menentukan divisi dan mencirikan kemungkinan hubungan filogenatik diantara klas secara khas, dipakai komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat, dan komposisi dinding sel. Kehadiran Fikobilin pada Cyanophyta dan Rhodophyta telah menimbilkan dugaan bahwa ada hubungan filogenetik diantara kedua divisi ini (Aslan,1998).
Menurut Nontji (1993), alga yang berukuran besar tergolong dalam tiga kelas yakni Chlorophyceae (alga biru), Phaeophyceae (alga coklat), dan Rhodophyceae (alga merah). Tiap kelas mempunyai ciri kandungan jenis pigmen yang tertentu. Alga yang mempunyai nilai ekonomis termasuk dalam ketiga golongan ini. (Nontji,1993)
Sebagian besar alga laut berwarna indah dan ada yang bercahaya. Pigmen-pigmen dari kromatophor menyerap sinar matahari untuk fotosintesis. Berdasarkan warna yang dimiliki masing-masing alga , tumbuhan berthalus ini dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu :

Alga merah (Rhodophyceae)
Divisi Rhodophyta meliputi algae merah yang dapat dibedakan dengan algae eukariotik lain menurut kombinasi dari karakteristiknya. Dalam reproduksinya algae merah tidak memiliki stadia gamet berbulu cambuk. Reproduksi seksualnya melibatkan sel betina yang disebut karpogonia dan gamet jantan yang disebut spermatia (Dawes,1981; Bold and Wynne,1985; Sadhori,1992).
Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak, Algae dari divisi ini memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru), bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti : merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau. Dalam dinding selnya algae ini terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran dan selaran (Aslan,1998).

Contoh dari alga merah yaitu :
1. Eucheuma cottonii
Ciri–ciri : Thalus silindris, permukaan licin, cartilaginaeus, warna coklat tua, hijau–coklat, hijau kuning atau merah–ungu. Ciri khusus secara morfologis spesies ini adalah : memiliki duri–duri yang tumbuh berderet melingkari thallus dengan interval yang bervariasi sehingga terbentuk ruas–ruas thallus diantara lingkaran duri. Ujung percabangan meruncing, dan setiap percabangan mudah melekat pada substrat.

Klasifikasi menurut Carpenter dan Niem (1998) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodopyta
Klass : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Family : Solieraciae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii Doty
Eucheuma alvarezii (Doty) Doty, 1985
Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty, 1988

Eucheuma cottonii telah berubah nama ilmiahnya menjadi Eucheuma alvarezii (Atmadja et al., 1996) dan terakhir menjadi kappaphycus alvarezii Carpenter dan Niem (1998).
Menurut Aslan (1991) ciri-ciri umumnya sebagai berikut :
Thalli (kerngaka tubuh tanaman ) bulat silindris atau gepeng.
Berwarna merah, merah coklat, hijau kuning, dan sebagainya.
Bercabang selang-seling tidak teratur, di atau tricotomus.
Memiliki benjolan (blunt nodule) dan duri-duri atau spines.
Substansi thalli “gelatinous” dan atau “kartilagenous” (lunak seperti tulang rawan).

Alga coklat (Phaeophyceae)
Warna alga ini umumnya coklat. Mempunyai pigmen klorifil a dan c, beta karoten, violasantin, dan fukosantin. Alga coklat ini hampir semuanya merupakan tumbuhan laut dan hanya sedikit yang hidup di air tawar yang diantaranya berukuran sangat besar. Alga coklat berupa tumbuh-tumbuhan bercabang berbentuk benang kecil yang halus (Ectocarpus), bertangkai pendek dan berthallus lebar (Copstaria, Alaria, dan Laminaria, bebeapa diantaranya mempunyai lebar 2 m ), bentuknya bercabang banyak (Fucus, Agregia) dan dari Pasifik terdapatalga berukuran rakasadengan tangkai yang panjang dan daunnya seperti kulit yang panjang (Nereocystis, Pelagophycus, Macrocystis), berbentuk rantai seperti sosis yang kopong dan kasar, dan panjangnya 30 cm atau lebih (Scytosiphon).
Saat bereproduksi alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk seksual dan aseksual. Persediaan makanan (hasil fotosintesis) berupa laminaran (beta 1-3 ikatan glukan). Pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik dan alginat. Mengandung pyrenoid, dan tilakoid (lembaran fotosintesis). Ukuran dan bentuk thali beragam. Umumnya tumbuh sebagai alga bentik.
Contoh :
1. Padina australis
Ciri – cirri : Bentuk Thalli seperti kipas, membentuk segment – segment lembaran tipis (lobus) dengan garis – garis berambut radial dan perkapuran di bagian permukaan daun. Warna coklat kekuning – kuningan atau kadang memutih karena terdapat perkapuran. Holdfast berbentuk cakram kecil berserabut. Bagian atas lobus agak melebar dengan pinggiran rata.







2. Sargassum sp
Ciri-ciri umum dari genus ini menurut Aslan (1991) sebagai berikut :
Bentuk thallus umumnya silindris atau gepeng.
Cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat.
Bentuk daun melebar, lonjong atau seperti pedang.
Mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter.
Warna thallus umumnya coklat.

Gambar 3. Sargassum sp

Klasifikasi Sargassum sp menurut Bold dam Wynne (1985) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Phaeophyta
Class : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Species : Sargassum sp

Alga hijau (Chlorophyceae)
Alga ini berwarna hijau, Chlorophyceae merupakan kelompok alga yang berwarna hijau rumput. Sel-selnya mengandung satu sampai beberapa buah kloroplas. Pigmen fotosintetik yang terdapat di dalam plastida terdiri dari klorofol a dan b yan jumlahnya sangat banyak sehingga menutupi pigmen lainnya yaitu karoten dan xantofil sehingga algae ini berwarna hijau. Contoh : Caulerpa sp. Codium sp, Halimeda sp (Soenardjo,2001).
Algae kelas ini juga mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapi bentuk umum yang dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dengan septa (sekat) atau tanpa sekat, dan berbentuk lembaran. (Romimohtarto,2001)
Perkembangbiakan seksual sebagai berikut isi dari suatu sel biasa tumbuhan yang pipih dan berlapis dua membentuk sel kelamin yang disebut gamet berbulu getar dua. Setelah gamet lepas ke air mereka bersatu berpasangan dan melalui pembelahan sel berkembang menjadi tumbuhan baru yang dikenal dengan sporofit,tetapi biasanya melalui fase benang dulu.(Romimohtarto,2001) Perkembangbiakan dapat juga secara aseksual. Setiap sel biasa dari tumbuhan zoospore berbulu getar empat. Zoospora ini setelah dilepas tumbuh langsung menjadi gametofit yakni tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan gamet. Perkembangbiakan aseksual dapat pula terjadi dengan fragmentasi yang membentuk tumbuhan tak melekat.(Romimohtarto,2001)
Sebaran alga hijau terdapat terutama di mintakat litoral bagian atas, khususnya di belahan bawah dari mintakat pasut,dan tepat di daerah bawah pasut sampai kejelukan 10 meter atau lebih, jadi di habitat yang mendapat penyinaran matahari bagus. Alga dari kelas ini terdapat berlimpah di perairan hangat (tropik). Di laut kutub Utara, alga hijau ini lebih jarang ditemukan dan bentuknya kerdil. (Romimohtarto,2001)
Contoh dari alga hijau adalah :
1.Caulerpa sertularioides
Ciri – ciri : Thallus membentuk stolon merambat dengan mempunyai akar penancap ke substrat dan ramuli timbul pada stolon antara perakaran, berbentuk menyirip tertaur rapat dan tipis dengan ujung ramuli mendua arah. Warna hijau muda-hijau tua. Panjang ramuli dapat mencapai 10 cm dengan persiripan ± 0,5 cm. Ramuli dapat bercabang.








Gambar 4. Caulerpa sertulariodes

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Klass : Chlorophyceae
Family : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Spesies : Caulerpa sertularioides
2. Halimeda sp
Ciri-ciri umum

Gambar 5 . Halimeda sp
Genus ini, Thallus dari Halimeda biasanya terikat disubstrat berpasir secara massive, dengan holdfast yang berserabut. Algae tegak, agak rimbun, warna hijau pudar keputihan, tinggi mencapai 16 cm, menanamkan diri dalam substart dengan serabut rhizoid yang berbentuk seperti umbi. Thalli berupa segmen-segmen dengan kalsifikasi ringan hingga sedang. Percabangn utama dichotomous atau trichotomous kompak dalam satu rumpun. Segment tebal bentuk kipas lebar 21 mm, panjang 15 mm.

Kasifikasi Halimeda sp menurut Bold dan Wynne (1985) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Caulerpales
Family : Udoteaceae
Genus : Halimeda
Species : Halimeda sp

Sisa kapur yang terakumulasi dari Halilmeda menetap secara khusus untuk membantu pertumbuhan bertahap pada terumbu karang. Bukti dari pendapat ini datang dari studi penggalian dasr dari karang atoll Funafuti, yang memperlihatkan bahwa 20 m pertama dari sedimen terdiri dari 80-95% segmen-segmen Halimeda yang dikenali (Bold dan Wynne,1985). Halimeda menghasilkan kerak kapur (CaCO), karenanya dapat memberi sumbangan yang sangat berarti di daerah tropik. Sendi-sendi dari jenis Halimeda ini tidak berkapur, karenanya lentur dan alga ini dapat bergerak-gerak dalam air jika air bergerak. (Romimohtarto,2001)
3. Udotea argentea
Ciri – cirri : Penampakanya hampir sama dengan Udotea flabellum hanya lembaran – lembaran thalinya agak melengkung dan berbentuk menyerupai buah pear atau bentuk ginjal
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Klass : Chlorophyceae
Family : Udoteaceae
Genus : Udetea
Spesies : Udotea argentea



Jenis-Jenis, Sebaran, dan Manfaat Rumput Laut di Indonesia
Nama
Rumput Laut
Sebaran
Manfaat

Sumber : Anggadiredja et.al. (1996)

Reproduksi Rumput Laut (Aslan,1998)

Rumput laut dikenal tiga macam pola reproduksi :
a.Reproduksi generatif (seksual) dengan gamet
b.Reproduksi vegetatif (aseksual) dengan spora
c.Reproduksi fragmentasi dengan potongan thallus (stek)
Reproduksi Seksual
Ada tiga tipe daur hidup dalam reproduksi seksual algae (Aslan,1998) yaitu :
1.Haplobantik, yaitu hanya ada satu individu kehidupan bebas (satu frase) yang terlibat dalam daur hidup. Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai Haplobantik haploid disingkat Hh. Dalam hal ini kromosom pada individu tersebut adalah haploid. Reproduksi semacam ini banyak terdapat pada algae hijau.
2.Haplobiontik diploid, disingkat Hd. Dalam hal ini individu yang melakukan daur hidup adalah diploid. Meiosis terjadi pada gamet (gametik meiosis) yang berkembang menjadi individu dewasa. Tipe reproduksi semacam ini banyak terdapat pada alga hijau yang menyerupai sifon dan pada algae coklat.
3.Diplobiontik, disingkat D, h + d. Dalam proses pembiakan terdapat dua individu (fase) yang terlibat dalam daur hidup yaitu gametophyt (gametofit) haploid yang menghasilkan gamet dan sporophyte (sporofit) diploid yang menghasilkan spora. Tipe reproduksi semacam ini umumnya terdapat pada algae hijau, coklat dan merah.

Reproduksi Aseksual
Pada algae, reproduksi aseksual berupa pembentukan suatu individu baru melalui perkembangan spora, pembelahan sel dan fragmentasi. Pembiakan dengan spora berupa pembentukan gametofit dari tetraspora yang dihasilkan dari tetrasporofit. Tipe pembiakan ini umumnya terdapat pada algae merah (Aslan,1998).
Reproduksi fragmentasi denag potongan thallus
Dalam usaha budidaya rumput laut, misalnya marga Eucheuma dan Gracilaria, umumnya dilakukan dengan penyetekan (pemotongan thalli) sebagai bibit untuk dikembangbiakan secara produktif. Dalam hal ini, dari rumpunan thalli algae dibuat potongan-potongan dengan ukuran tertentu untuk dijadikan bibit (Aslan,1998).



BAHAN DAN ALAT
Bahan
- Preparat awetan rumput laut (seaweed)
akuades
Alat
Gelas obyek
Kaca penutup
Cutter
mikroskop
CARA KERJA
Pengamatan preparat rumput laut (seaweed)
Potong thalus algae (jangan bagian holdfast) tipis-tipis
Letakkan pada obyek glass, tutup dengan kaca obyek
Amati dengan mikroskop
Gambar
Identifikasi rumput laut (seaweed)
- Masing-masing kelompok secara bergantian menggambar dan mengidentifikasi rumput laut (seaweed)
DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja, J.T dkk. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Aslan, L.M 1991. Seri Budi Daya Rumput laut. Kanisius.Yogyakarta
Aslan, L.M 1998. Seri Budi Daya Rumput laut. Kanisius.Yogyakarta
Atmadja, W.S., Ahmad Kadi, Sulistijo dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseonologi-LIPI. Jakarta. 191 hlm.
Bold, H. C. and M.J Wynne. 1985. Introduction to the Algae. Second edition. Prentice-Hall,Inc. Engelwoods Cliffs. New Jersey. 720 pp.
Carpenter, K. E. and V.H. Niem. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Purphoses. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Vol.1. Seaweeds, Corals, Bivalves and Gastropods. Rome, FAO.686 pp.
Dawson, E.Y.1996. Marine Botani: An Introduction. Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York.256 pp.
Irwan djamal Zoer’ aini, Prof. Dr. Ir. M. Si. 1997. Ekosistem, Komunitas, Lingkungan. Bumi Aksara: Jakarta.
Loveless, A.R. 1989. Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropis. Gramedia: Jakarta.
Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta Djambatan.
Nybakken,J. W. 1992 . Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia : Jakarta
Raazali, A.A.A. 1997. Kajian Kepelbagian dan Taburan Rumput Laut di Sekitar Desaro, Johor. Http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/botani/amin.html 29 november 2005.
Romimohtarto Kasijan-Sri Juwana. 2001. Biologi Laut-Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta.
Tjahyono Samingun. 1980. Dasar-dasar Ekologi Umum Bagian Ekologi Dep. Botani IPB. Bogor.
Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Sabtu, 30 Agustus 2008

Kenali Dan Cintai Terumbu Karang Kita

Kenali Dan Cintai Terumbu Karang Kita
Apa yang disediakan terumbu karang untuk kepentingan manusia? sumber makanan dengan protein tinggi
sumber obat-obatan
sumber bahan bangunan
sumber penghasilan : berupa penjualan hasil tangkapan seperti ikan, udang dan agar-agar dalam usaha pariwisata seperti menyelam dan memancing.
melindungi pantai dari pukulan ombak dan hantaman arus.
Sebaiknya, apa yang telah dilakukan manusia terhadap terumbu karang? menggunakan alat-alat tangkapan yang merusak seperti bom, dan potas sehingga terjadi:
tangkapan yang berlebihan
terumbu karang hancur dan mati
ikan-ikan kecil yang tidak menjadi sasaran tangkapan ikut mati, menjadi terbuang sia-sia
membangun terlalu dekat dengan garis pantai, dan menguruk pantai menjadi lahan untuk pembangunan sehingga terjadi pelumpuran.
mencari terumbu karang dengan sampah, tumpahan minyak, buangan industri dan sisa-sisa pestisida dan insektisida untuk pertanian.
melempar jangkar dan berjalan-jalan diatas terumbu karang.
penebangan hutan dan pohon-pohon disepanjang aliran sungai yang menyebabkan pelumpuran.
pengambilan karang berlebihan untuk diperdagangkan.
penambangan karang berlebihan untuk bahan dasar kapur dan bangunan.
Setelah mengenali, maka cintai dan periharalah terumbu karang kita, karena terumbu karang adalah :
proses kehidupan yang memerlukan waktu yang sangat lama untuk tumbuh berkembang dan membentuk seperti kondisi saat ini.
tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis hewan dan tumbuhan yang menjadi tumpuan kita.
Indonesia memiliki terumbu karang terluas didunia (60.000 km2), tetapi hanya tinggal sedikit saja (6,20%) dalam kondisi yang masih sangat bagus.
sumber daya laut yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat tinggi (bidang perikanan, pariwisata dan perlindungan daerah pesisir), dengan kondisi yang sangat baik.
labotorium alam yang sangat menunjang pendidikan dan penelitian.
potensi dimasa depan untuk sumber lapangan kerja rakyat kita.

Sumber : www.coremap.or.id